BAB IV
KERAGAMAN SISWA
A. DAMPAK
BUDAYA PADA PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Kita
tahu bahwa setiap manusia khususnya siswa itu berbeda, mereka memiliki
karakteristik tersendiri dalam pribadi maupun perwujudan tingkah lakunya.
Merekapun berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Ketika anak-anak
memasuki dunia sekolah, mereka secara tidak langsung telah menyerap aspek
budaya di tempat mereka di besarkan, seperti bahasa, keyakinan, sikap, cara
berperilaku, dan kesukaan makanan. Latar belakang budaya masing anak-anak di
pengaruhi oleh suku bangsa, status sosioekonomi, agama, bahas keluarga, jenis
kelamin, identitas, serta pengalaman. Budaya (culture) merujuk pada
pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan semua produk lainnya dari kelompok
orang-orang tertentu yang telah berlangsung dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Banyak perilaku yang terkait dengan pengasuhan budaya tertentu,
mempunyai konsekuensi penting atau pengaruh bagi pengajaran di kelas. Budaya
sekolah mencerminkan nila-nilai kelas menengah arus utama (Grossman, 1995), dan
karena kebanyakan guru berasal dari latar belakang kelas menengah, anak dari
budaya yang berbeda tidak sering diuntungkan. Pemahaman akan latar belakang
siswa sangat berperan penting untuk mengajarkan dengan efektif bahan akademis
maupun perilaku dan harapan sekolah
B. PENGARUH
STATUS SOSIOEKONOMI TERHADAP PENCAPAIAN SISWA.
Para
pakar sosiologi mendefinisikan kelas sosial atau status sosioekonomi berdasar
penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan gengsi seseorang dalam masyarakat
(Thompson and Hickey, 2008). Status ekonomi merujuk kepada posisi
seseorang dalam masyarakat berdasarkan karakteristik pekerjaan, pendidikan dan
ekonomi. Faktor-faktor in cenderung berjalan seiringan, sehingga SSE paling
sering diukur sebagai kombinasi penghasilan, dan jangka waktu pendidikan individu
tersebut karena keduanya paling mudah di hitung.
Perbedaan
status ekonomi mungkin akan memberikan dampak terhadap kompetensi belajar di
kelas. Namun perbedaan ini hanya berlaku rata-rata, banyak orang tua kelas
pekerja dan kelas bawah mempunyai pekerjaan yang luar biasa untuk mendukung
keberhasilan anak-anak mereka di sekolah, dan banyak anak-anak kelas pekerja
menengah dan kelas bawah yang mencapai tingkat yang sangat tinggi.
a) Peran
Praktik Pengasuhan Anak
Peran
perbedaaan dalam pengasuhan anak mungkin menjadi alasan utama yang memengaruhi
pencapaian anak di sekolah. Banyak riset yang membuktikan bahwa perbedaan
praktik pengasuhan anak antara keluarga kelas menengah rata-rata dan keluarga
kelas pekerja. Banyak anak dari keluarga yang berpenghasilan rendah memperoleh
pengasuhan yang kurang sesuai dengan apa yang di harapkan untuk mereka di
lakukan di sekolah, jika di bandingkan dengan pengasuhan anak kelas menengah.
Pada saat memasuki sekolah, anak kelas menengah kemungkinan akan baik dalam
mengikuti pengarahan, menjelaskan dan memahami alasan, memahami dan menggunakan
bahasa yang rumit, sedangkan anak kelas pekerja atau kelas bawah dapat di
katakan mempunya kurang banyak pengalaman dalam bidang ini(Parkay, 2006).
b) Hubungan
antara Penghasilan dan Pembelajaran Musim Panas
Lingkungan
keluarga tidak hanya memengaruhi kesiapan akademis untuk sekolah, tingkat
pencapaian karir siswa selama di sekolah. Anak-anak kelas menengah lebih mungkn
terlibat kedalam kegiatan yang menyerupai sekolah selama musim panas dan
mempunyai lebih banyak bahan di sekolah. Sedangkan anak-anak kelas pekerja
mungkin menerima rangsangan yang kurang relevan secara akademis di rumsh dan
lebih mungkin melupakan apa yang mereka pelajari di sekolah (Hill, 2001).
c) Peran
Sekolah sebagai Lembaga Kelas Menengah.
Pada
anak yang berlatar belakang dari keluarga kelas menengah lebih berorientasi
pada nilai, perhatian, pujian guru dan imbalan lain. Sedangkan anak yang
berasal dari keluarga pekerja lebih menekankan dan tertarik pada kerja sama dengan
teman sebaya, dan lebih senang membantu orang lain. Oleh karena itu di harapkan
pada guru agar menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, setidaknya untuk
sebagian waktu pelajaran dengan siswa ini sehingga mereka menerima prngajaran
yang selaras dengan orientasi budaya mereka (Slavin, Hurley, dan Chamberlain,
2003).
d) Faktor
Sekolah dan komunitas
Anak-anak
dari keluarga berpenghasilan rendah berisiko mengalami kegagalan sekolah karena
karakteristik komunitas yang menjdi tempat tinggal dan sekolah yang mereka
masuki (Everson and Millsap, 2004). Namun, faktor ini tidak otomatis
menghadirkan siswa untuk gagal. Banyak siswa yang berkembang apa yang disebut
“kelenturan” (resilence), yaitu kemampuan berhasil mesikipun terdapat banyak
faktor risiko (Borman,and Overman, 2004, Glants, Johnson and Hufffman, 2002,
Waxman, Gray and Padron, 2002). Tetapi faktor semacam itu memng menyebabkan
keberhailan di sekolah jauh lebih sulit.
e) Kemitraan
sekolah, Keluarga, dan Komunitas
Epstein
dan rekan-rekan (2002) menjelaskan enam jenis keterlibatan yang dapat di
tekankan sekolah dalam kemitraan yang komprehensif dengan orang tua yaitu pengasuhan,
komunikasi, bantua sukarela, pembelajaran di rumah, pengambilan keputusan,
kerja sama dalam komunitas.
Keterlibatan
orang tua dan komunitas memang sangat penting dalam usaha memperoleh pencapaian
kompetensi siswa, khusunya yang menekankan peran orang tua sebagai pendidik
anak mereka sendiri.
f) Solusi
Non Sekolah atas Masalah Pencapaian Siswa yang Kurang Beruntung
Riset
telah membuktikan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga rendah lebih
mempunyai banyak masalah dengan masalah kesehatan di bandingkan anak yang
berasal dari kelas menengah. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah
masalah pendengaran, keterpapara timbal, asma, perawatan kesehatan, dan gizi.
Walaupun ada lembaga kesehatan dan lembaga layanan sosial yang di tugasi untuk
menyelesaikan maslah ini, sekolah mempunyai keunggulan karena mereka bertemu
dengan anak-anak setiap hari. Perbaikan makan siang sekolah atau penyediaan
kacamata cuma-Cuma yang tetap ada di tangan sekolah.
C. PENGARUH
SUKU BANGSA DAN RAS TERHADAP PENGALAMAN SEKOLAH SISWA
Faktor
utama budaya dimana siswa akan di besarkan adalah asal-usul etnis mereka.
Kelompok etnis adalah kelompok yang menjadi tempat orang mempunyai rasa
identitas bersama, biasanya karena tempat asal yang sama, agama, atau ras. Ras
hanya merujuk ke karakteristik fisik, seperti warna kulit.
a) Dampak
Desegrasi Sekolah
Desegrasi
sekolah di andaikan akan meningkatkan pencapaian akademis siswa berpenghasilan
rendah dari kelompok yang kurang terwakili dengan memberikan mereka kesempatan
berinteraksi dengan lebih banyak teman sebaya
kelas menengah yang berorientasi pencapaian. Salah satu hasil penting desegrasi
adalah bahwa siswa yang menghdiri sekolah yang disegrasi lebih mungkin
melanjutkan ke perguruan tinggi yang tersegrasi, bekerja dalam suasana
terintegrasi, dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi daripada teman
mereka yang menghadiri sekolh yang tersegrasi (Schofield, 1995, Wells and Crain,
1994)
.
D. PENGARUH
PERBEDAAN BAHASA DAN PROGRAM DWIBAHASA TERHADAP PENCAPAIAN SISWA
a) Pendidikan
Dwi Bahasa
Istilah
pendidikan
dwi
bahsa merujuk ke program bagi siswa yang belajar bahasa inggris yang
mengajarkan bahasa tersebut dalam bahasa ibu mereka untuk sebagian waktu dan
sambil juga mengajarkan bahasa Inggris. Pelajar bahas inggris itu biasanya di
ajari salah satu dari keempat jenis program, diantaranya sebagai berikut:
1. Immersi
bahasa Inggris yaitu bentuk penggunaan total bahasa
Inggris atau English Immersion.
2. Pendidikan
dwibahasa peralihan yaitu program dimana siswa di
ajarkan pelajaran membaca atau mata pelajaran lain dalam bahasa ibu kemudian di
alihkan ke dalam bahasa lain.
3. Pendidikan
dwibahsa berpasangan yaitu siswa diajarkan pelajaran
membaca atau mata pelajaran lain dalam bahasa ibu maupun dalam bahasa lain
khususnya bahasa Inggris.
4. Pendidkan
bahasa dua arah yaitu model dua arah atau dua bahasa
mengajari semua siswa dalam bahasa Inggris maupun bahasa lain.
E. PENGERTIAN
PENDIDIKAN MULTIKULTUR
Pendidikan multikultur
atau multibudaya adalah gagasan yang menyebutkan bahwa
semua siswa, tanpa peduli kelompok mana mereka masuk, seperti yang terkait
dengan gender, suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial, agama, seharusnya
mengalami kesetaraan di sekolah.
a) Dimensi
dimensi pendidikan multikultur
Menurut
Banks (1999) ada lima dimensi utama dalam pendidikan multikultur yaitu integrasi
isi pelajaran, kontruksi (pembentukan) pengetahuan, pengurangan prasangka,
pedagogi esetaraan, dan budaya sekolah yang memberdayakan.
F. PENGARUH
GENDER DAN KETIDAKADILAN GENDER TERHADAP PENGALAMAN SEKOLAH SISWA
Jenis
kelamin seorang siswa merupakan suatu ciri yang terlihat dan abadi. Gender
lebih merujuk pada karakteristik seseorang sebagai pria atau wanita. Namun
apakah perbedaan gender ini berpengaruh terhadap pencapaian akademis siswa di
sekolah.
Sampai
kini, para ilmuan belum bisa mempatenkan bahwa perbedaan gender dapat
memengaruhi pencapaian dan pengalman siswa di sekolah.
G. PERBEDAAN
SISWA DALAM KECERDASAN DAN GAYA BELAJAR
Kecerdasan
adalah
bakat umum untuk belajar atau kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan
pengetahuan atau keterampilan. Namun beberapa ahli memiliki pandangan
tersendiri mengenai defenisi kecerdasan. Menurut Snyderman dan Rothman kecerdasan
(1987) menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menghadapi abstraksi,
memecahkan masalah, dan untuk belajar.
a) Definisi
Kecerdasan
Pada
tahun belakangan ini, banyak jenis kecerdasan yang di perdebatkan. Misalnya, Strenberg (2002, 2003) menjelaskan tiga
jenis kemampuan intelektual yaitu analitis, praktis, dan kreatif.
Moran, Kornhaber, dan Gardner (2006) menjelaskan sembilan multi
kecerdasan yaitu bahasa, logika matematika, musik, ruang, tubuh kinestetika, alam, antar
pribadi, dan eksistensi. C.P.
Chaplin mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan tepat (efektif).
b) Asal-usul
Kecerdasan
Para ahli sepakat bahwa
kecerdasan berasal dari produk keturunan dan kobinasi dengan lingkungan yang
terkait seberapa banyak yang ia bacakan, dan mereka bicarakan.
c) Teori
Gaya Belajar
Cara atau gaya belajar
seorang anak tentu akan mempengaruhi keinginan dan kenyamanan dalam belajar
mereka sehingga aka berdampak pula pada kecerdasan yang di miliki anak tersebut
d) Interaksi
anatara Bakat dan Perlakuan
Gaya belajar baik tentu
harus di dukung dengan pengajaran yang baik pula. Pencarian interaksi bakat
perlakuan telah banyak di lakukan dan menemukan dampak positif dari program
yang menyesuaikan pengajaran dengan gaya belajar individu dan peran guru sangat
menentukan dan harus memahami perbedaan gaya belajar anak tersebut.
Daftar
Pustaka
Slavin E. Robert (2011)
Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT
Indeks.
Santrock John W (2011) Life Span development : PT Gelora Aksara Pratama.
Yusuf LN Syamsu Pengantar
psikologi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
NAMA : AHMAD YUDIAR
NIM : 1304858
JURUSAN : PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULAS :ILMU PENDIDIKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar