Kamis, 30 Januari 2014

Psikologi Pendidikan



BAB IV
KERAGAMAN SISWA
A.    DAMPAK BUDAYA PADA PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Kita tahu bahwa setiap manusia khususnya siswa itu berbeda, mereka memiliki karakteristik tersendiri dalam pribadi maupun perwujudan tingkah lakunya. Merekapun berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Ketika anak-anak memasuki dunia sekolah, mereka secara tidak langsung telah menyerap aspek budaya di tempat mereka di besarkan, seperti bahasa, keyakinan, sikap, cara berperilaku, dan kesukaan makanan. Latar belakang budaya masing anak-anak di pengaruhi oleh suku bangsa, status sosioekonomi, agama, bahas keluarga, jenis kelamin, identitas, serta pengalaman. Budaya (culture) merujuk pada pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan semua produk lainnya dari kelompok orang-orang tertentu yang telah berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Banyak perilaku yang terkait dengan pengasuhan budaya tertentu, mempunyai konsekuensi penting atau pengaruh bagi pengajaran di kelas. Budaya sekolah mencerminkan nila-nilai kelas menengah arus utama (Grossman, 1995), dan karena kebanyakan guru berasal dari latar belakang kelas menengah, anak dari budaya yang berbeda tidak sering diuntungkan. Pemahaman akan latar belakang siswa sangat berperan penting untuk mengajarkan dengan efektif bahan akademis maupun perilaku dan harapan sekolah

B.     PENGARUH STATUS SOSIOEKONOMI TERHADAP PENCAPAIAN SISWA.
Para pakar sosiologi mendefinisikan kelas sosial atau status sosioekonomi berdasar penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan gengsi seseorang dalam masyarakat (Thompson and Hickey, 2008). Status ekonomi merujuk kepada posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan karakteristik pekerjaan, pendidikan dan ekonomi. Faktor-faktor in cenderung berjalan seiringan, sehingga SSE paling sering diukur sebagai kombinasi penghasilan, dan jangka waktu pendidikan individu tersebut karena keduanya paling mudah di hitung.
Perbedaan status ekonomi mungkin akan memberikan dampak terhadap kompetensi belajar di kelas. Namun perbedaan ini hanya berlaku rata-rata, banyak orang tua kelas pekerja dan kelas bawah mempunyai pekerjaan yang luar biasa untuk mendukung keberhasilan anak-anak mereka di sekolah, dan banyak anak-anak kelas pekerja menengah dan kelas bawah yang mencapai tingkat yang sangat tinggi.
a)      Peran Praktik Pengasuhan Anak
Peran perbedaaan dalam pengasuhan anak mungkin menjadi alasan utama yang memengaruhi pencapaian anak di sekolah. Banyak riset yang membuktikan bahwa perbedaan praktik pengasuhan anak antara keluarga kelas menengah rata-rata dan keluarga kelas pekerja. Banyak anak dari keluarga yang berpenghasilan rendah memperoleh pengasuhan yang kurang sesuai dengan apa yang di harapkan untuk mereka di lakukan di sekolah, jika di bandingkan dengan pengasuhan anak kelas menengah. Pada saat memasuki sekolah, anak kelas menengah kemungkinan akan baik dalam mengikuti pengarahan, menjelaskan dan memahami alasan, memahami dan menggunakan bahasa yang rumit, sedangkan anak kelas pekerja atau kelas bawah dapat di katakan mempunya kurang banyak pengalaman dalam bidang ini(Parkay, 2006).
b)      Hubungan antara Penghasilan dan Pembelajaran Musim Panas
Lingkungan keluarga tidak hanya memengaruhi kesiapan akademis untuk sekolah, tingkat pencapaian karir siswa selama di sekolah. Anak-anak kelas menengah lebih mungkn terlibat kedalam kegiatan yang menyerupai sekolah selama musim panas dan mempunyai lebih banyak bahan di sekolah. Sedangkan anak-anak kelas pekerja mungkin menerima rangsangan yang kurang relevan secara akademis di rumsh dan lebih mungkin melupakan apa yang mereka pelajari di sekolah (Hill, 2001).
c)      Peran Sekolah sebagai Lembaga Kelas Menengah.
Pada anak yang berlatar belakang dari keluarga kelas menengah lebih berorientasi pada nilai, perhatian, pujian guru dan imbalan lain. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga pekerja lebih menekankan dan tertarik pada kerja sama dengan teman sebaya, dan lebih senang membantu orang lain. Oleh karena itu di harapkan pada guru agar menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, setidaknya untuk sebagian waktu pelajaran dengan siswa ini sehingga mereka menerima prngajaran yang selaras dengan orientasi budaya mereka (Slavin, Hurley, dan Chamberlain, 2003).
d)     Faktor Sekolah dan komunitas
Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah berisiko mengalami kegagalan sekolah karena karakteristik komunitas yang menjdi tempat tinggal dan sekolah yang mereka masuki (Everson and Millsap, 2004). Namun, faktor ini tidak otomatis menghadirkan siswa untuk gagal. Banyak siswa yang berkembang apa yang disebut “kelenturan” (resilence), yaitu kemampuan berhasil mesikipun terdapat banyak faktor risiko (Borman,and Overman, 2004, Glants, Johnson and Hufffman, 2002, Waxman, Gray and Padron, 2002). Tetapi faktor semacam itu memng menyebabkan keberhailan di sekolah jauh lebih sulit.
e)      Kemitraan sekolah, Keluarga, dan Komunitas
Epstein dan rekan-rekan (2002) menjelaskan enam jenis keterlibatan yang dapat di tekankan sekolah dalam kemitraan yang komprehensif dengan orang tua yaitu pengasuhan, komunikasi, bantua sukarela, pembelajaran di rumah, pengambilan keputusan, kerja sama dalam komunitas.
Keterlibatan orang tua dan komunitas memang sangat penting dalam usaha memperoleh pencapaian kompetensi siswa, khusunya yang menekankan peran orang tua sebagai pendidik anak mereka sendiri.
f)       Solusi Non Sekolah atas Masalah Pencapaian Siswa yang Kurang Beruntung
Riset telah membuktikan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga rendah lebih mempunyai banyak masalah dengan masalah kesehatan di bandingkan anak yang berasal dari kelas menengah. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah masalah pendengaran, keterpapara timbal, asma, perawatan kesehatan, dan gizi. Walaupun ada lembaga kesehatan dan lembaga layanan sosial yang di tugasi untuk menyelesaikan maslah ini, sekolah mempunyai keunggulan karena mereka bertemu dengan anak-anak setiap hari. Perbaikan makan siang sekolah atau penyediaan kacamata cuma-Cuma yang tetap ada di tangan sekolah.

C.     PENGARUH SUKU BANGSA DAN RAS TERHADAP PENGALAMAN SEKOLAH SISWA
Faktor utama budaya dimana siswa akan di besarkan adalah asal-usul etnis mereka. Kelompok etnis adalah kelompok yang menjadi tempat orang mempunyai rasa identitas bersama, biasanya karena tempat asal yang sama, agama, atau ras. Ras hanya merujuk ke karakteristik fisik, seperti warna kulit.
a)      Dampak Desegrasi Sekolah
Desegrasi sekolah di andaikan akan meningkatkan pencapaian akademis siswa berpenghasilan rendah dari kelompok yang kurang terwakili dengan memberikan mereka kesempatan berinteraksi dengan lebih banyak teman  sebaya kelas menengah yang berorientasi pencapaian. Salah satu hasil penting desegrasi adalah bahwa siswa yang menghdiri sekolah yang disegrasi lebih mungkin melanjutkan ke perguruan tinggi yang tersegrasi, bekerja dalam suasana terintegrasi, dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi daripada teman mereka yang menghadiri sekolh yang tersegrasi (Schofield, 1995, Wells and Crain, 1994)
.
D.    PENGARUH PERBEDAAN BAHASA DAN PROGRAM DWIBAHASA TERHADAP PENCAPAIAN SISWA

a)      Pendidikan Dwi Bahasa
Istilah pendidikan dwi bahsa merujuk ke program bagi siswa yang belajar bahasa inggris yang mengajarkan bahasa tersebut dalam bahasa ibu mereka untuk sebagian waktu dan sambil juga mengajarkan bahasa Inggris. Pelajar bahas inggris itu biasanya di ajari salah satu dari keempat jenis program, diantaranya sebagai berikut:
1.      Immersi bahasa Inggris yaitu bentuk penggunaan total bahasa Inggris atau English Immersion.
2.      Pendidikan dwibahasa peralihan yaitu program dimana siswa di ajarkan pelajaran membaca atau mata pelajaran lain dalam bahasa ibu kemudian di alihkan ke dalam bahasa lain.
3.      Pendidikan dwibahsa berpasangan yaitu siswa diajarkan pelajaran membaca atau mata pelajaran lain dalam bahasa ibu maupun dalam bahasa lain khususnya bahasa Inggris.
4.      Pendidkan bahasa dua arah yaitu model dua arah atau dua bahasa mengajari semua siswa dalam bahasa Inggris maupun bahasa lain.

E.     PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR
Pendidikan multikultur atau multibudaya adalah gagasan yang menyebutkan bahwa semua siswa, tanpa peduli kelompok mana mereka masuk, seperti yang terkait dengan gender, suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial, agama, seharusnya mengalami kesetaraan di sekolah.
a)      Dimensi dimensi pendidikan multikultur
Menurut Banks (1999) ada lima dimensi utama dalam pendidikan multikultur yaitu integrasi isi pelajaran, kontruksi (pembentukan) pengetahuan, pengurangan prasangka, pedagogi esetaraan, dan budaya sekolah yang memberdayakan.
F.      PENGARUH GENDER DAN KETIDAKADILAN GENDER TERHADAP PENGALAMAN SEKOLAH SISWA
Jenis kelamin seorang siswa merupakan suatu ciri yang terlihat dan abadi. Gender lebih merujuk pada karakteristik seseorang sebagai pria atau wanita. Namun apakah perbedaan gender ini berpengaruh terhadap pencapaian akademis siswa di sekolah.
Sampai kini, para ilmuan belum bisa mempatenkan bahwa perbedaan gender dapat memengaruhi pencapaian dan pengalman siswa di sekolah.
G.    PERBEDAAN SISWA DALAM KECERDASAN DAN GAYA BELAJAR
Kecerdasan adalah bakat umum untuk belajar atau kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan pengetahuan atau keterampilan. Namun beberapa ahli memiliki pandangan tersendiri mengenai defenisi kecerdasan. Menurut Snyderman dan Rothman kecerdasan (1987) menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menghadapi abstraksi, memecahkan masalah, dan untuk belajar.
a)      Definisi Kecerdasan
Pada tahun belakangan ini, banyak jenis kecerdasan yang di perdebatkan. Misalnya, Strenberg (2002, 2003) menjelaskan tiga jenis kemampuan intelektual yaitu analitis, praktis, dan kreatif. Moran, Kornhaber, dan Gardner  (2006) menjelaskan sembilan multi kecerdasan yaitu bahasa, logika matematika, musik, ruang, tubuh kinestetika, alam, antar pribadi, dan eksistensi. C.P. Chaplin mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan tepat (efektif).
b)      Asal-usul Kecerdasan
Para ahli sepakat bahwa kecerdasan berasal dari produk keturunan dan kobinasi dengan lingkungan yang terkait seberapa banyak yang ia bacakan, dan mereka bicarakan.
c)      Teori Gaya Belajar
Cara atau gaya belajar seorang anak tentu akan mempengaruhi keinginan dan kenyamanan dalam belajar mereka sehingga aka berdampak pula pada kecerdasan yang di miliki anak tersebut
d)     Interaksi anatara Bakat dan Perlakuan
Gaya belajar baik tentu harus di dukung dengan pengajaran yang baik pula. Pencarian interaksi bakat perlakuan telah banyak di lakukan dan menemukan dampak positif dari program yang menyesuaikan pengajaran dengan gaya belajar individu dan peran guru sangat menentukan dan harus memahami perbedaan gaya belajar anak tersebut.
Daftar Pustaka
Slavin E. Robert (2011) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Indeks.
Santrock  John W (2011) Life Span development : PT Gelora Aksara Pratama.
Yusuf  LN Syamsu Pengantar psikologi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http// www. google. Com.




















NAMA           : AHMAD YUDIAR
NIM                : 1304858
JURUSAN     : PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULAS    :ILMU PENDIDIKAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger templates

 

Blogger news

Blogroll

About