Kesempatan kuliah diluar negeri
memang menjadi impian bagi banyak mahasiswa yang mengidam-idamkan pengalaman
baru. Negara yang dituju untuk menuntut ilmu pun beragam mulai dari Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Australia, Jepang bahkan Singapore. Hasrat untuk
menjelajah dunia baru menjadi impian yang kuat dan negara-negara maju dirasa
menjadi pilihan yang tepat untuk melepaskan dahaga akan pengalaman baru seraya
menimba ilmu.
Bahkan banyak diantara mereka
yang sangat beruntung mencicipi sistim pendidikan negara-negara maju tersebut
dengan beasiswafullbright. Dimulai dari beasiswa berupa Short Course sampai
beasiswa full Strata satu, dua dan tiga. Tentunya semua itu didapat dengan
usaha keras dan siap berkompetisi dengan kandidat lain yang juga berusaha untuk
mendapatkan beasiswa yang ingin diraih.
Untuk mengikuti program study
abroad atau program kuliah di luar negeri ini perlu persiapan yang matang.
Selain kemampuan berbahasa asing sesuai dengan ketentuan di negara yang
berangkutan, calon peserta study abroad harus mempersiapkan dokumen pendukung
seperti paspor, cv, rekomendasi dosen,essay/motivation letter, dan tentunya
nilai IPK atau GPA yang memenuhi syarat.
Dody Sugiarto alumni FKIP Bahasa
Inggris Unsri 2007 misalnya, ia mendapat beasiswa kuliah singkat. “Di akhir
tahun 2010 saya applied beasiswa Indonesia English Language Study Program
(IELSP). Beasiswa ini berada dibawah naungan The Indonesia International
Education Foundation (IIEF) dan disponsori oleh U.S Department of State.
Setelah melewati berbagai tes, saya pun dinyatakan lulus. kemudian ditahun 2011
saya diberangkatkan ke Amerika untuk belajar di Colorado State University di
kota Fort Collins, Colorado. Saya belajar bahasa inggris dan American culture
di Intensive English Program (IEP) of Colorado State University selama 2
bulan,” Jelasnya.
kehadiran Study Abroad ( Kuliah
di Luar negri) benar-benar mampu membuka jalan prestasi yang lebih luas bagi
mereka yang telah berhasil mengikutinya. seperti yang dialami oleh Beni salah
satu pengajar di lembaga bahasa Universitas Sriwijaya. Dia mengakui kalau
setelah dirinya mengikuti study abroad di Amerika, dia mendapatkanaward sebagai
siswa terbaik diakhir studinya di Amerika itu.
Lebih Sistematis
Tentunya pengalaman yang
segudang menjadi imbalan yang setimpal dengan usaha untuk meraih beasiswa dan
merasakan bagaimana sistem kuliah diluar negari “Perbedaan besar pendidikan di
Amerika dan di Indonesia adalah kedisiplinannya yang extreme. Fenomena yang
langka sekali melihat dosen terlambat satu menit saja. Saya lumayan kaget
dengan salah satu aturan mereka diawal perkuliahan “two tardies are equivalent
to one absence” artinya jika kita terlamabt 2x, kita dianggap satu kali Alfa”
Lanjut Dody menjelaskan salah satu sistem perkuliahan yang sangat jelas bedanya
dengan Indonesia dimana jam karet menjadi hal yang lumrah. Tentunya sistem
seperti ini yang bisa jadi hanya dirasakan di negara-negara maju yang
pendidikan menjadi prioritas utama. Sehingga kehadiran dan on time menjadi
tolak ukur untuk memajukan pendidikan mereka.
Seperti Dody, hal yang sama juga
dirasakan oleh Beni yang telah mencicipi pendidikan di negeri Paman Sam melalui
seleksi dari KBAS ( kedutaan besar Amerika Serikat ). “Bedanya ya lebih
sistematis dan individualis, istilah Time is Money bener-bener terasa disana.”
tukas Beni.
bukan hanya keidisiplinan waktu
saja, tetapi sistem di negara luar juga lebih memperhatikan berbagai aspek lain
dalam penilaian terhadap aktivitas perkuliahan. “nggak cuma sekedar dapet nilai
A dengan nominal 86, tapi disana juga dipisahkan perhitungan nilai-nilai
tertentu seperti nilai motivasi atau absensi siswanya.”lanjut Beni. Selain
sistem belajar yang berbeda pengalaman lain juga sangat tidak kalah menggelitik
untuk dibahas lebih lanjut dody mengatakan “Dengan belajar bahasa Inggris di
Amerika sebagai English native country,
saya mengalami yang namanya
nonstop learning, artinya di manapun saya berada dan apapun yang saya lakukan,
saya belajar bahasa Inggris. Karena semua yang kita lakukan butuh iteraksi
dalam bahasa Inggris. selebihnya saya perdalam ilmu bahasa Inggris saya di
kelas bersama mahasiswa internasional lainnya seperti dari Jepang, china,
Korea, Brazil, Arab Saudi, Malaysia, Vietnam, dan lainya”.
Pengalaman yang sangat berharga
dan manfaat yang tidak bisa dibeli jelas menjadi keuntungan dengan belajar
diluar negeri tapi, seperti pepatah mengatakan lebih baik hujan batu dinegeri
sendiri dari pada hujan emas dinegeri orang. “selama 2 bulan di negara orang
pastinya ada suka ada duka. saya sering kangen sama keluarga saya.saya jarang
berkomunikasi dengan mereka karena biaya sms dan telepon yang mahal” tutur
Dody. Namun selain duka tentunya banyak hal positif yang didapat dari kuliah di
luarnegeri terlebih jika ini semua dibiayai orang lain alias gratisan
(beasiswa). Tentunya kesempatan yang sangat langka dan butuh perjuangan yang
berat utntuk mendapatkannya.(agz,ra2,ysa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar