Jumat, 31 Januari 2014

Putra Payabenua



Agustus 15, 2011
Mahasiswa ISBA Palembang ke Amrik
Bangkapos.com - Senin, 3 Januari 2011 23:25 WIB

PANGKALPINANG, BANGKA POS.com -- Salah satu anggota Ikatan Mahasiswa Bangka (ISBA) Palembang, Dody Sugiarto mendapatkan kesempatan mengunjungi Negeri Paman Sam. Dengan kunjungan ini, Dody merupakan mahasiswa pertama ISBA Palembang yang berkunjung ke Amerika Serikat. "Kebanggaan yang luar biasa ketika mendengar salah satu anggota yang juga kawan dekat saya mendapatkan beasiswa ke Amerika," ujar Bambang Ari Satria, Ketua ISBA Palembang yang mengirimkan rilis kepada Bangka Pos Group, Senin (3/1). Tidak ada yang mengira bahwa mahasiswa dari Desa Payabenua, memperoleh beasiswa tersebut. Perjuangannya untuk belajar serius di tanah rantauan, Palembang, mengantarkannya ke Negara Adidaya, Amerika. Sanjungan yang luar biasa dari seluruh anggota ISBA Palembang terlontarkan kepadanya ketika mengetahui berita bahagia tersebut. Dody Sugiarto, mahasiswa semester VII FKIP Bahasa Inggris UNSRI yang multitalented ini mengaku bahwa ini merupakan his greatest achievement that he has ever had in his life. Setelah melewati tes administrasi yang meliputi TOEFL, IPK, prestasi, pengalaman organisasi, writing essay tentang personal life and family, personal statement, the most pressing issues faced by Indonesia and long term career aspiration, dan lain-lain, Dody dipanggil oleh pihak The Indonesia International Education Foundation (IIEF) untuk melanjutkan tes ke tahap wawancara di Lembaga Bahasa UNSRI Palembang. "Tiga minggu kemudian, saya kembali dipanggil oleh pihak IIEF dan dinyatakan lulus beasiswa untuk belajar Bahasa Inggris di Colorado State University yang terletak di kota Fort Collins, Colorado, USA selama dua bulan melalui program Indonesia English Language Study Program (IELSP) cohort 8," ujar Dody. Sejak kecil, putra bungsu dari perkawinan Ahmad dan Norani ini memang sudah memiliki banyak prestasi yang tidak hanya di bidang akademik tetapi juga di bidang olahraga, agama, seni, dan terutama di bidang Bahasa Inggris. Selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah, mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan di SD Negeri 318 Payabenua, SMP Negeri 1 Mendobarat dan SMAN 3 Pangkalpinang ini sempat mengukir beberapa prestasi di sela-sela kesibukannya mengerjakan tugas-tugas kuliah diantaranya, juara I Debat Bahasa Inggris tingkat Universitas Sriwijaya (2009) yang kemudian mengantarkannya untuk bergabung di National University English Debating Championship (NUEDC) di Surabaya yang dilaksanakan oleh DIKTI dan diikuti oleh seluruh universitas di Indonesia, juara IV seIndonesia di event National University Story telling Competition di Padjajaran University (2010), juara II debat Bahasa Inggris tingkat Universitas Sriwijaya (2010), juara III lomba Story Telling tingkat Universitas Sriwijaya. (may)

Mahasiswa UNSRI (Asal Payabenua) ke Amerika







Kesempatan kuliah diluar negeri memang menjadi impian bagi banyak mahasiswa yang mengidam-idamkan pengalaman baru. Negara yang dituju untuk menuntut ilmu pun beragam mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Australia, Jepang bahkan Singapore. Hasrat untuk menjelajah dunia baru menjadi impian yang kuat dan negara-negara maju dirasa menjadi pilihan yang tepat untuk melepaskan dahaga akan pengalaman baru seraya menimba ilmu.
Bahkan banyak diantara mereka yang sangat beruntung mencicipi sistim pendidikan negara-negara maju tersebut dengan beasiswafullbright. Dimulai dari beasiswa berupa Short Course sampai beasiswa full Strata satu, dua dan tiga. Tentunya semua itu didapat dengan usaha keras dan siap berkompetisi dengan kandidat lain yang juga berusaha untuk mendapatkan beasiswa yang ingin diraih.
Untuk mengikuti program study abroad atau program kuliah di luar negeri ini perlu persiapan yang matang. Selain kemampuan berbahasa asing sesuai dengan ketentuan di negara yang berangkutan, calon peserta study abroad harus mempersiapkan dokumen pendukung seperti paspor, cv, rekomendasi dosen,essay/motivation letter, dan tentunya nilai IPK atau GPA yang memenuhi syarat.
Dody Sugiarto alumni FKIP Bahasa Inggris Unsri 2007 misalnya, ia mendapat beasiswa kuliah singkat. “Di akhir tahun 2010 saya applied beasiswa Indonesia English Language Study Program (IELSP). Beasiswa ini berada dibawah naungan The Indonesia International Education Foundation (IIEF) dan disponsori oleh U.S Department of State. Setelah melewati berbagai tes, saya pun dinyatakan lulus. kemudian ditahun 2011 saya diberangkatkan ke Amerika untuk belajar di Colorado State University di kota Fort Collins, Colorado. Saya belajar bahasa inggris dan American culture di Intensive English Program (IEP) of Colorado State University selama 2 bulan,” Jelasnya.
kehadiran Study Abroad ( Kuliah di Luar negri) benar-benar mampu membuka jalan prestasi yang lebih luas bagi mereka yang telah berhasil mengikutinya. seperti yang dialami oleh Beni salah satu pengajar di  lembaga bahasa Universitas Sriwijaya. Dia mengakui kalau setelah dirinya mengikuti study abroad di Amerika, dia mendapatkanaward sebagai siswa terbaik diakhir studinya di Amerika itu.
Lebih Sistematis
Tentunya pengalaman yang segudang menjadi imbalan yang setimpal dengan usaha untuk meraih beasiswa dan merasakan bagaimana sistem kuliah diluar negari “Perbedaan besar pendidikan di Amerika dan di Indonesia adalah kedisiplinannya yang extreme. Fenomena yang langka sekali melihat dosen terlambat satu menit saja. Saya lumayan kaget dengan salah satu aturan mereka diawal perkuliahan “two tardies are equivalent to one absence” artinya jika kita terlamabt 2x, kita dianggap satu kali Alfa” Lanjut Dody menjelaskan salah satu sistem perkuliahan yang sangat jelas bedanya dengan Indonesia dimana jam karet menjadi hal yang lumrah. Tentunya sistem seperti ini yang bisa jadi hanya dirasakan di negara-negara maju yang pendidikan menjadi prioritas utama. Sehingga kehadiran dan on time menjadi tolak ukur untuk memajukan pendidikan mereka.
Seperti Dody, hal yang sama juga dirasakan oleh Beni yang telah mencicipi pendidikan di negeri Paman Sam melalui seleksi dari KBAS ( kedutaan besar Amerika Serikat ). “Bedanya ya lebih sistematis dan individualis, istilah Time is Money bener-bener terasa disana.” tukas Beni.
bukan hanya keidisiplinan waktu saja, tetapi sistem di negara luar juga lebih memperhatikan berbagai aspek lain dalam penilaian terhadap aktivitas perkuliahan. “nggak cuma sekedar dapet nilai A dengan nominal 86, tapi disana juga dipisahkan perhitungan nilai-nilai tertentu seperti nilai motivasi atau absensi siswanya.”lanjut Beni. Selain sistem belajar yang berbeda pengalaman lain juga sangat tidak kalah menggelitik untuk dibahas lebih lanjut dody mengatakan “Dengan belajar bahasa Inggris di Amerika sebagai English native country,
saya mengalami yang namanya nonstop learning, artinya di manapun saya berada dan apapun yang saya lakukan, saya belajar bahasa Inggris. Karena semua yang kita lakukan butuh iteraksi dalam bahasa Inggris. selebihnya saya perdalam ilmu bahasa Inggris saya di kelas bersama mahasiswa internasional lainnya seperti dari Jepang, china, Korea, Brazil, Arab Saudi, Malaysia, Vietnam, dan lainya”.
Pengalaman yang sangat berharga dan manfaat yang tidak bisa dibeli jelas menjadi keuntungan dengan belajar diluar negeri tapi, seperti pepatah mengatakan lebih baik hujan batu dinegeri sendiri dari pada hujan emas dinegeri orang. “selama 2 bulan di negara orang pastinya ada suka ada duka. saya sering kangen sama keluarga saya.saya jarang berkomunikasi dengan mereka karena biaya sms dan telepon yang mahal” tutur Dody. Namun selain duka tentunya banyak hal positif yang didapat dari kuliah di luarnegeri terlebih jika ini semua dibiayai orang lain alias gratisan (beasiswa). Tentunya kesempatan yang sangat langka dan butuh perjuangan yang berat utntuk mendapatkannya.(agz,ra2,ysa)

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogger templates

 

Blogger news

Blogroll

About